PLTA Asahan 3 <data:blog.pageName/> | <data:blog.title/>

Thursday, June 3, 2010

INALUM PERLU, PLN PASTI BANTU -- INALUM HABIS WAKTU, PLN MESTI BURU-BURU



Kamis, 03/06/2010
Inalum siapkan ekspansi US$367 juta
Kelanjutan kerja sama utamakan kepentingan nasional

JAKARTA: PT Indonesia Asahan Aluminium, perusahaan peleburan aluminium kerja sama antara Indonesia dan Jepang, mengajukan proposal bisnis kepada Otorita Asahan senilai US$367 juta atau Rp3,38 triliun.
Upaya tersebut ditempuh perseroan seiring dengan segera berakhirnya kontrak kerja sama antara Indonesia dan konsorsium perusahaan Jepang pada 2013. Negosiasi dan proposal pengembangan usaha dilakukan 3 tahun sebelum masa kontrak berakhir.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengaku telah mendapatkan laporan terkait dengan penyerahan proposal bisnis Inalum dari Otorita Asahan. "Inalum sudah mengajukan proposal bisnis yang baru untuk investasi. Mereka baru saja menyerahkan proposalnya ke Otorita Asahan. Laporannya sudah masuk," jelas Hidayat kemarin.
Kepala Otorita Asahan Effendi Sirait mengatakan Inalum telah menyampaikan proposal bisnis sebagai bagian dari perpanjangan kontrak pada 12 Mei 2010.
Setelah final, jelasnya, Otorita Asahan dengan sepengetahuan Kementerian Perindustrian akan menyampaikan hasil kajian Inalum tersebut kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku wakil pemerintah.
Menurut Hidayat, pihaknya sedang mencari waktu yang tepat untuk membahas proposal bisnis Inalum dengan Menko Perekonomian. Kemenperin masih belum pada keputusan akhir setuju atau menolak rencana bisnis tersebut.      Berat juga nih tugas yakinkan masyarakat padahal mesti sukses 

Dia hanya menyampaikan bahwa perdebatan ini akan dilakukan dalam perundingan. "Perundingan bisa dimulai kalau Indonesia sudah merespons keinginan Inalum. Dari situ, Kemenperin akan mengambil posisi apakah business plan tersebut disetujui sebagai program baru atau sebaliknya. Saya sedang mencari waktu untuk membahasnya di kantor Menko," kata Hidayat.
Menurut Effendi, Inalum berhak untuk merundingkan perpanjangan periode operasi pabrik selambat-lambatnya 3 tahun sebelum tanggal berakhirnya periode kerja sama pada 1 November 2013.
"Usulan perpanjangan harus disertai dengan investasi baru yang signifikan jumlahnya dalam rangka inovasi dan atau ekspansi pabrik smelter. Prosedur ini sudah sesuai dengan isi Master Agreement Article XXVII Butir 8, 9, dan 10. Inalum sudah menuntaskan semuanya."
Dapat ditolak   (Tapi kalau berani lho)
Kendati Inalum telah mengusulkan perpanjangan kontrak operasi pabrik melalui penambahan kapasitas produksi, Effendi mengatakan Indonesia dapat menolak usul tersebut.
Namun, penolakan itu harus disertai dengan alasan yang kuat berdasarkan berbagai aspek kemanfaatan proyek, mulai dari konstruksi, perluasan, dan inovasi.
Hidayat menambahkan pada prinsipnya, dalam perundingan antara Indonesia dan Jepang, pemerintah berkomitmen tetap mengedepankan kepentingan nasional.
Berdasarkan catatan Otorita Asahan, Inalum didirikan dengan investasi US$2 miliar (411 miliar yen) pada 1978.
Perusahaan itu berstatus penanaman modal asing (PMA) karena pemegang saham terbesar adalah 12 investor Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Aluminum (NAA) sebesar 58,88%. Adapun Pemerintah Indonesia menguasai 41,12% saham. (yusuf.waluyo@bisnis.co.id)
Oleh Yusuf Waluyo Jati
Bisnis Indonesia



 [U1]Pakai Lilin atau pakai listrik ya

 [U2]Namanya juga Tim Negosiasi, bukan Tim Serah Terima. Jadi artinya pasti diperpanjang, cuma mau nego buat pantes aja


(GUE KAN SUDAH BILANG DARI LAMA, KOK BANYAK YANG KEGET ???)

Asahan Aluminum Smelter Plans to Run at Full-Capacity This Year
By Aya Takada
April 10, 2009 (Bloomberg) -- PT Indonesia Asahan Aluminum, the only smelter in the country, plans to operate at full capacity this year as low electricity costs help the producer make a profit even after a drop in metal prices.
The smelter in northern Sumatra produced 242,000 metric tons of aluminum last year and will have similar output this year, Yukio Minbu, general manager at Nippon Asahan Aluminium Co., said in an interview. Tokyo-based Nippon Asahan holds a 58.9 percent stake in the smelter, also known as Inalum, while the Indonesian government controls 41.1 percent.
Aluminum producers including Rio Tinto Group and Alcoa Inc. are cutting output and jobs as the global recession slashed demand for the metal used in cars and houses. Norsk Hydro ASA, Europe’s second-largest producer, said March 30 as much as 70 percent of the industry is unprofitable at current prices. The London Metal Exchange benchmark contract has tumbled 50 percent in the past 12 months.
“The smelter is running at capacity with sufficient supply of electricity from a hydroelectric power plant,” Minbu said yesterday. “Output will keep going well as we see no problems of electricity supply after heavy rains since late last year.”
Asahan has profited from the metal production as costs at the smelter are low because the company has its own power plant, Minbu said. The smelter has the capacity to produce 225,000 tons of primary aluminum a year, and ships 60 percent of its output to Japan and the rest to Indonesia.
Aluminum for delivery in three months on the LME gained 2.9 percent to $1,535 a ton yesterday, the highest since Jan. 12. The metal reached a record $3,380.15 a ton on July 11 last year.
Overseas Investment
Asahan started operation in 1982 under a government accord to produce aluminum using natural resources in Indonesia and technology from Japan. Japanese companies have invested in aluminum smelters overseas as the high cost of electricity made it unprofitable to produce the metal at home.
Nippon Asahan is 50 percent owned by the Japan International Cooperation Agency (Lho, ini kan yang kasih pinjem PLN buat bangun Asahan III) and 11 companies including Sumitomo Chemical Co. and Showa Denko K.K.
Indonesia may cut shipments from the Asahan smelter to Japan when existing supply contracts expire in 2013 to meet domestic demand, Ansari Bukhari, a director general at the industry ministry, said Dec. 23.
Indonesia, the world’s fourth-most populous country, imports a similar volume of aluminum shipped to Japan. The government expects Indonesian demand for the metal to rise between 5 percent and 7 percent a year, Bukhari said.
Nippon Asahan may discuss capacity expansion at the smelter when it starts negotiations with the Indonesian government next year over supply after the 2013 contract expiry, Minbu said.
“The smelter has contributed to the stability of aluminum supply to Japan. We don’t want to lose the stake in the project,” Minbu said.
To contact the reporter on this story: Aya Takada in Tokyoatakada2@bloomberg.net
Last Updated: April 10, 2009 01:33 EDT 



1 Comments:

At June 3, 2010 at 1:07 PM , Blogger Ruzha said...

http://twitter.com/sarahbolon

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home